Senja Tanpa Siluet Jingga





Kali ini aku akan tetap bersama Mbok Mar
Entah sampai kapan?
Ku harap lesumu
Tak menyembul dari lesung pipitmu

Hari kedua, aku mengadu padanya
Aduku sopan, sesopan para abdi dalem menghadap rajanya
Aduku lembut, selembut burung pulang menyuapi anaknya

Assalamualaikum,
Mbok Simbok di mana?
Tak sehelai pun suara membisik
Hanya reotan engsel pintu rusak
Terdengar, tertiup angin di balik tegal belakang tembok

Salam terucap kedua kali
Keras, sembari ku masuk, ku injak lantai bertanah
Sopan, tidak?  tidaklah sopan
Aku akan meminta maaf padanya nanti

Inggih, sinten?
Luhung, Mbok.
Tubuh tua berbalut kebaya ungu berenda terduduk ayu
Terduduk ayu di atas amben yang setua dirinya
Memegang kain-kain sisa jemuran
Yang terangkat oleh lengan-lengan saksi waktu
Terpaksa dirumahkan oleh rezeki Tuhan

Hujan basah dan mendesah sekuat tenaga
Tersentuh sapuan hembusan manis
Dan desahan itu semakin kuat
Aku pun ikut mendesah
Dua tangan menyatu, ku gosok, dan ku ababi

Masih saja aku melihatnya berkutat di sela kain mimpi
Jari-jarinya terus menari-nari
Bulu merinding, gigi menggigil, mustahil menginfeksi
Apa saraf rasanya sudah mati?
Bersama pendengaran yang tak semuda dulu lagi
Kulitnya mungkin sudah menjadi saksi
Sepi nanmisteri bumi ini


Lantai 6 Jebres, 3 Februari 2020

1 comment:

Puisi : Senja Itu

Senja itu anaknya mesen dan jajan yang dipinta mengucap jumpa untuk dirasa dan  dicinta lalu dibayar kepada yang mencipta.  Restueltungguri,...